Membentuk Karakter Anak Sejak Dini (Part 1)

Jumat, 23 September 2016

Membentuk Karakter Anak Sejak Dini (Part 1)


Membiasakan perilaku baik anak merupakan kewajiban orang tua sebagai sumber utama dalam membentuk kepribadian anak yang akan berguna dalam kehidupannya kelak. Seorang anak masih menjadi tanggung jawab orang tua hingga dewasa; baik dalam pendidikan, kesehatan, perilaku dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan anak. Disisi lain, pengaruh lingkungan sekitar perlu menjadi prioritas utama bagi orang tua untuk selalu mengawasi perilaku anak, karena lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi perilaku anak menjadi buruk begitu pun sebaliknya.

Membentuk karakter anak sejak dini dapat dimulai sejak usia bayi. Sebagaimana dijelaskan oleh seorang Psikososial asal Jerman, Erik Erikson (1963) dalam tahap psikososial menyebutkan bahwasannya pada masa usia bayi adalah bagaimana membangun rasa percaya kepada lingkungan bayi tersebut. Pada umumnya, bayi akan selalu menangis untuk mencoba berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, lingkungan terdekat dari bayi adalah orang tua. Pentingnya kepekaan orang tua dalam memahami kebutuhan bayi dan memberikan kasih sayang secara utuh agar bayi merasa nyaman dan terlindungi.

Pada masa ini juga, orang tua sebaiknya terus menstimulasi bayi dengan mengajak berkomunikasi, berkata positif, dan memberikan sentuhan fisik yang penuh kasih sayang. Berkomunikasi dengan bayi dapat menggunakan kata-kata positif yang mengandung makna semangat, motivasi dan memberikan apresiasi misalnya: pintarnya anak bunda, ayah dan bunda sayang kamu, duh cantiknya anak ayah dan beberapa kata positif lainnya. Dengan membiasakan komunikasi verbal kepada bayi akan membentuk karakter percaya diri yang kuat pada diri anak.

Menginjak masa berikutnya yaitu 1-3 tahun adalah masa membentuk rasa percaya diri anak. Biasanya beberapa anak masih menerka-nerka, malu dan takut untuk berinteraksi selain dengan orang tuanya. Hal ini dapat diatasi dengan selalu memberikan kata-kata positif kepada anak agar dapat mengontrol emosionalnya ketika bertemu orang lain. Penanaman tauhid pun dapat dilakukan sejak masa ini agar anak mulai mengenal sang Pencipta dan ajaran agama. Selain itu, pada masa ini juga merupakan masa eksplorasi dimana anak ingin mencoba segala sesuatu. Sebagai orang tua sebaiknya tidak membatasi ruang gerak anak karena akan berdampak pada kemandirian anak.

Pada tahap berikutnya saat anak menginjak umur 3-5 tahun adalah masa play age. Pada masa ini, seorang anak masih suka bereksplorasi dan ingin mengetahui segala sesuatu yang dilihatnya. Interaksi anak dan lingkungannya pun semakin luas, mulai dari berteman dengan anak lain, mulai banyak bertanya dan mulai meniru hal-hal yang baru. Pola asuh yang salah dapat menyebabkan anak merasa bersalah dan berdiam diri. Sikap tersebut justru akan membuat anak merasa takut salah untuk melakukan sesuatu. Dalam hal ini, anak akan selalu berinisiatif untuk melakukan sesuatu dari rasa ingin tahu yang mereka alami.

Pendekatan dan pola asuh orang tua kepada anaknya perlu disesuaikan dengan tingkat kognitif anak, apakah anak sudah bisa dinasehati ataukan masih harus diarahkan dan dibimbing. Pola-pola semacam itu harus diketahui oleh orang tua agar tidak salah mendidik yang nantinya akan berdampak pada perilaku anak. Penanaman semua nilai-nilai karakter seperti keberanian, percaya diri, mandiri, tanggung jawab, santun, menghormati dan lainnya dapat dilakukan sejak anak mulai memasuki pendidikan awal (Pendidikan Anak Usia Dini) karena pada masa itu anak sudah bisa memahami apa yang disampaikan orang tuanya. (Admin RA Mutiara Bunda Official Page)



0 komentar :

Posting Komentar